Rabu, 01 Oktober 2014

Tugas 1 Softskill - ETIKA dan TEORI ETIKA


 
ETIKA DAN TEORI ETIKA

Etika yaitu dalam bahasa yunani “ethikos” yang berarti timbul dari kebiasaan adalah sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.

Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus (Abad 7 Masehi) menempatkan etika didalam kajian filsafat praktis (Practical Philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur – unsur etis dalam pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apakah yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebaai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai salah satu ilmu sebagai objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Etika memiliki sudut pandang normative. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

Perkembangan Perilaku Moral
Beberapa  konsep  yang  memerlukan  penjelasan,  antara  lain:  Perilaku  Moral  (Moral  Behavior), perilaku  tidak  bermoral  (Immoral  Behavior),  Perilaku  di  Luar  Kesadaran  Moral  (Unmoral Behavior),  dan  Perkembangan  Moral  (Moral  Development)  itu  sendiri.  Perilaku  moral  adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu. Moral dalam hal ini berarti adat  kebiasaan  atau  tradisi.  Perilaku  tidak  bermoral  berarti  perilaku  yang  gagal  mematuhi harapan kelompok sosial tersebut. Ketidakpatuhan ini bukan karena ketidakmampuan memahami harapan  kelompok  tersebut,  tetapi  lebih disebabkan  oleh  ketidaksetujuan  terhadap  harapan kelompok sosial tersebut, atau karena kurang merasa wajib untuk mematuhinya. Perilaku di luar kesadaran  moral  adalah  perilaku  yang  menyimpang  dari  harapan  kelompok  sosial  yang  lebih disebabkan  oleh  ketidakmampuan  yang  bersangkutan  dalam  memahami  harapan  kelompok sosial. Perkembangan moral bergantung pada perkembangan intelektual seseorang.


Beberapa Teori Etika
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai – nilai,  dan  norma  perilaku  manusia  yang  dianggap  baik  atau  tidak  baik.  Dalam  etika  masih dijumpai  banyak  teori  yang  mencoba  untuk  menjelaskan  suatu  tindakan,  sifat,  atau  objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Berikut ini beberapa teori etika:
1.      Egoisme
2.      Utilitarianisme
3.      Deontology
4.      Teori Hak
5.      Teori Keutamaan
6.      Teori Etika Teonom


Teori Etika dan Paradigma Hakekat Manusia
Dengan menggunakan model pengembangan teori etika berdasarkan paradigma/pemahaman atas hakikat  manusia,  dapat  dipahami  mengapa  sampai  saat ini  telah  berkembang  beragam  teori dengan  argumentasi  /sudut  pandang  penalaran  yang  berbeda.  Paradigma/pemahaman  tentang hakekat  manusia  akan  menentukan  tujuan  hidup  atau  nilai-nilai  yang  ingin  dicapai.  Nilai – nilai tersebut melatarbelakangi setiap paham atau teori etika  dan norma moral yang ada.
Teori dan norma moral ini selanjutnya menjadi pedoman dalam setiap tindakan  yang dilakukan. Tindakan  yang dilakukan  secara  berulang – ulang  akan  membentk  kebiasaan,  kebiasaan  akan  membentuk karakter,  dan  karakter  menentukan  seberapa  efektif  nilai – nilai  yang  diharapkan  dapat  tercapai. Nilai – nilai yang telah direalisasi akan menjadi bahan refleksi untuk mengkaji kembali paradigma sebagai manusia dan tujuan hidup yang ingin direalisasikan.

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama :
1.      Meta – Etika (Studi Konsep Etika)
2.      Etika Normatif (Studi Penilaian Nilai Etika)
3.      Etika Terapan (Studi Penggunaan Nilai – Nilai Etika)


Fungsi Etika
1.      Sebagai Subjek :
Untuk menilai apakah tindakan – tindakan yang telah dikerjakan itu salah atau benar, buruk ataupun baik.
2.      Sebagai Objek :
Cara melakukan sesuatu dalam hal (moral).

Jenis Etika
1.      Etika Filosofis
Secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang besaral dari kegiatan yang bersifat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat ; etika lahir dari filsafat.

Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan dari filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur – unsur etika maka kita juga harus bertanya juga mengenai unsur – unsur filsafat.  Berikut ini adalah sifat – sifat etika :

a.       Non – Empiris
Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah – olah menanyakan apa dibalik gejala – gejala kongkret. Demikian pula dengan etika, etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara factual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

b.      Praktis
Cabang – cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya filsafat hukum mempelajari tentang hokum itu apa. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu, melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia.

2.      Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika teologis bukan hanya etika milik agama tertentu, melainkan setiap agama memiliki etika teologisnya masing – masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur – unsur didalamnya yang terdapat dalam etika secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.

Secara umum etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi – presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dengan etika teologis. Akan tetapi tujuan yang hendak dicapainya agak sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya dilakukan manusia, dalam hal yang baik maupun buruk, sesuai kehendak Allah.

Relasi Etika Filosofis dan Etika Teologis
Terdapat perbedaan mengenai posisi etika filosofis dan etika teologis didalam ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan diantara kedua etika tersebut, terdapat tiga jawaban yang menonjol yang mengemukakan beberapa pertanyaan dari pernyataan diatas, yaitu :
1.      Revisionisme
2.      Sintesis
3.      Diaparalelisme

Sanksi Pelanggaran Etika:
1.      Sanksi Sosial
Sanksi ini diberikan oleh masyarakat sendiri, tanpa melibatkan pihak berwenang. Pelanggaran yang terkena sanksi sosial biasanya merupakan kejahatan kecil, ataupun pelanggaran yang dapat dimaafkan. Dengan demikian hukuman yang diterima akan ditentukan leh masyarakat, misalnya membayar ganti rugi dsb. Pedoman yang digunakan adalah etika setempat berdasarkan keputusan bersama.

2.      Sanksi Hukum
Sanksi ini diberikan oleh pihak berwengan, dalam hal ini pihak kepolisian dan hakim. Pelanggaran yang dilakukan tergolong pelanggaran berat dan harus diganjar dengan hukuman pidana ataupun perdata. Pedomannya suatu KUHP.

Sumber : Wikipedia


Nama : Achmad Izhar Syahrani
NPM : 20211075
Kelas : 3EB20



Tidak ada komentar:

Posting Komentar