Persaingan
bisnis yang meningkat dewasa ini menuntut perusahaan untuk memanfaatkan
kemampuan yang
ada semaksimal mungkin, agar unggul dalam persaingan. Untuk tetap bertahan
dalam lingkungan
persaingan saat ini, pelaku bisnis harus mampu menciptakan kondisi bisnis yang
fleksibel dan inovatif, dan pelaku bisnis harus mempertimbangkan faktor
eksternal perusahaan yang semakin sulit diprediksi. Keunggulan daya saing
yang dapat diciptakan oleh perusahaan dapat dicapai dengan salah satu
cara, yaitu meningkatkan kinerja manajerial. Kinerja manajerial dalam
organisasi merupakan salah satu jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Sistem akuntansi
manajemen disusun terutama untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi
pengambil
keputusan oleh manajemen. Biasanya informasi yang digunakan oleh manajemen
berkisar pada biaya, sehingga disebut dengan akuntansi biaya. Selain data biaya
untuk harga pokok, akuntansi manajemen juga membutuhkan data untuk pengawasan
dan analisis biaya yang dibuat dalam bentuk standar dan lain-lainnya. Oleh
karena itu semakin maju zaman semakin berubah pula akuntansi manajemen dari
masa ke masa. Berikut ini kita akan membahas akuntansi manajemen dalam
persaingan globalisasi.
A. Akuntansi
Manajemen Tradisional
Manajemen
tradisional merupakan manajemen yang digunakan sejak abad ke-20 yaitu pada
awalnya
manajemen yang menekankan kepada perhitungan harga pokok manajerial yaitu dalam
penelusuran tingkat
laba perusahaan setiap produk dan menggunakan informasinya untuk mengambil
keputusan yang strategis.
Sistem akuntansi
manajemen tradisional hanya memusatkan pada ukuran-ukuran output
aktivitas yang
didasarkan pada volume produksi. Kebanyakan prosedur perhitungan harga pokok
produk (product
costing) dan akuntansi manajemen yang digunakan pada abad 20 dikembangkan
antara tahun 1880 dan 1924.
Mulai tahun
1925, setelah dikembangkannya pasar modal di USA, hampir semua usaha akuntansi
manajemen menghasilkan informasi bagi pemakai intern kemudian dihentikan dan
diganti dengan penentuan harga pokok persediaan (inventory costing), yang
merupakan pembebanan biaya produksi kepada produk sedemikian rupa sehingga
harga pokok persediaan dapat dilaporkan kepada pemakai eksternal dalam laporan
keuangan. Manajer dan perusahaan bersedia menerima informasi biaya rata-rata
secara agregat atas tiap produk, karena mereka merasa tidak membutuhkan
informasi biaya masing-masing produk yang lebih terinci dan akurat mengenai tiap
produk. Dalam tahun 1950-an dan 1960-an telah dilakukan beberapa usaha untuk
memperbaiki manfaat sistem akuntansi biaya konvensional untuk kepentingan
manajemen.
Diperkenalkannya
variable costing untuk penyempurnaan penentuan harga pokok produk pada dasarnya
ditujukan untuk memperbaiki penentuan harga pokok persediaan yang disajikan
dalam neraca dan dalam perhitungan rugi laba. Perbaikan akuntansi biaya pada
saat itu pada hakikatnya hanya terpusat pada bagaimana membuat informasi
akuntansi keuangan lebih bermanfaat bagi pemakai luar, tidak ditujukan untuk
menghasilkan informasi akuntansi yang khusus diperuntukkan bagi kepentingan
manajemen. Akuntansi manajemen tradisional ini mengacu pada 3 hal yaitu :
a.
Pembagian
kerja : dimana organisasi sejumlah pekerjaan terhadap tenaga kerja yang ada
dalam organisasi.
b.
Hierarki
proses fungsional : yaitu dimana setiap organisasi terdapat adanya tingkatan
karyawan menurut fungsinya atau pekerjaan yang khusus dalam organisasi.
c.
Pengawasan
yang ketat : yaitu dibutuhkannya banyak komunikasi dalam hal pengawasan agar maksimal.
Pada tahun
1980-an dan 1990-an banyak ditemukan bahwa praktek-praktek akuntansi manajemen
tradisional sudah tidak mampu lagi melayani kebutuhan manajerial. Kalkulasi
biaya produk yang lebih akurat lebih berguna, dan yang menjelaskan secara rinci
penggunaan masukan, dibutuhkan untuk memungkinkan manajer meningkatkan
kualitas, produktifitas, dan mengurangi biaya. Sebagai tanggapan terhadap
kelemahan akuntansi biaya manajemen tradisional, berbagai usaha dilakukan untuk
mengembangkan sistem akuntansi manajemen baru yang dapat memenuhi kebutuhan
lingkungan ekonomi dewasa ini. Seiring perkembangan zaman, manajemen
tradisional pun tergeser disebabkan karena kelemahan dari manajemen tradisional
itu sendiri. Di antaranya adalah :
a.
Tidak
sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dalam keharmonisan kerja.
b.
Manajer
mengalami kesulitan sehingga menyebabkan frustasi perusahaan dikarenakan karyawan
tidak selalu mengikuti pola rasional.
c.
Mendasarkan
pada model ekonomi yang menekankan maksimumisasi pemanfaatan sumber-sumber agar
biaya produksi per-unit minimum dengan cara peningkatan volume sehingga
meningkatkan biaya produksi total.
d.
Dalam
pembuatan keputusan hanya menekankan pada pertimbangan keuangan, namun tidak banyak
mempertimbangkan aktivitas-aktivitas operasional.
e.
Dalam
pembuatan keputusan mendasarkan anggapan kendala lingkungan yang statik
(given), tidak mendasarkan lingkungan berubah secara dinamik (bergerak).
Sebagai
tanggapan terhadap kelemahan akuntansi biaya manajemen tradisional, berbagai
usaha
dilakukan untuk
mengembangkan sistem akuntansi manajemen baru yang dapat memenuhi kebutuhan
lingkungan ekonomi dewasa ini.
B. Persaingan
Global dan Akuntansi Manajemen
Setelah tahun
1900 mulai timbul pengintegrasian antara catatan biaya dan keuangan. Pada awal
abad 20 mulai
dikembangkan teknik-teknik dan sistem untuk pendistribusian dan pengalokasian
biaya overhead. Pada awal perkembangan akuntansi manajemen pada dasarnya
berkaitan dengan isu-isu akuntansi biaya tentang penentuan harga pokok
produksi. Hal ini karena kecepatan proses produksi sangat ditentukan oleh
kecepatan operasi manual, sehingga belum terlalu rumit. Perkembangan
selanjutnya sesuai dengan pergerakan manajemen ilmiah yang dikemukakan oleh
Frederick Taylor. Di Amerika Serikat gerakan itu dimulai oleh para
insinyur-manajer (bukan para akuntan). Pada akhir abad 19 dan awal abad 20,
para insinyur dan akuntan menggunakan informasi standar untuk mencapai tiga
tujuan :
1.
Untuk
menganalisis efisiensi potensial tugas-tugas atau proses.
2.
Untuk
membandingkan efisiensi sesungguhnya dengan efisiensi potensial. Pelopor
pemakaian sistem penganggaran fleksibel.
3.
Untuk
menyederhanakan penilaian persediaan produk selesai dan barang dalam proses.
Dalam penilaian
ini para akuntan mulai menggunakan informasi biaya standar (Anne Loft, 1991).
Awal abad 20 dikembangkan teknik-teknik akuntansi manajemen berupa anggaran dan
kembalian investasi (ROI). Perkembangan selanjutnya banyak perusahaan merubah
struktur organisasinya dari fungsional menjadi multidivisi. Lingkungan ekonomi
telah mensyaratkan perkembangan praktik-praktik akutansi manajemen yang
inovatif dan relevan. Konsekuensinya, sistem akutansi manajemen atas dasar
aktivitas telah dikembangkan dan diimplementasikan di banyak organisasi. Fokus
sistem akuntansi manajemen telah diperluas agar memungkinkan para manajer
melayani dengan lebih baik kebutuhan pelanggan dan mengelola rantai nilai
perusahaan. Lebih jauh lagi, untuk mengamankan dan mempertahankan keunggulan
kompetitif, para manajer harus menekankan pada waktu, kualitas, serta
efisiensi, dan informasi akuntansi harus dibuat untuk mendukung tujuan
fundamental organisasi.
Kemajuan
teknologi informasi perkembangan teknologi informasi menyebabkan batas-batas antar
negara menjadi semakin tidak jelas dengan semakin meluasnya perdagangan bebas
di seluruh dunia dan persaingan bersifat global dan tajam. Sifat persaingan ini
menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang memasuki tingkat
persaingan dunia menjadi menciut. Penciutan laba memaksa manajemen mencari
berbagai strategi baru yang menjadikan perusahaan mampu bertahan dan berkembang.
Hanya perusahaan-perusahaan yang manajemennya berhasil memiliki keunggulan yang
mampu bertahan dan berkembang pada situasi persaingan global dan tajam.
Dunia bisnis
menginginkan adanya kemampuan bisnis dan keuangan dalam diri para akuntan
manajemen.
Akuntan manajemen harus selalu mengetahui isu-isu terkini (up to date)
dalam berbagai area bisnis, mulai dari ekonomi, politik, pemasaran, manajemen,
hingga teknologi sistem informasi. Selain itu, akuntan manajemen harus mengenal
berbagai aturan akuntansi keuangan dalam Negara tempat perusahaannya
beroperasi.
Persaingan yang
mengglobal lebih merubah sifat pasar bersifat monopolistic menjadi pasar
yang lebih
terbuka. Dengan semakin banyaknya pesaing, produsen berlomba-lomba untuk dapat
memperoleh
kepercayaan dari pelanggan agar pelanggan tidak lari ke competitor. Orientasi
kepada pelanggan inilah uang menjadi paradigm baru dalam perusahaan yaitu usaha
untuk memuaskan pelanggan. Maximizing profit sudah bergeser menjadi customer
satisfaction. Manajemen sekarang mulai berfikir untuk meningkatkan Customer
value, sebab customer value lah yang merupakan kunci bagi perusahaan
untuk dapat menciptakan keunggulan bersaing dibandingkan perusahaan competitor.
Disamping itu
perkembangan teknologi manufaktur berkembang begitu pesat dimulai dengan otomasi,
robotisasi, dan komputerisasi telah meubah struktur biaya produksi sedemikian
rupa sehingga upah langsung yang beberapa secade yang selalu menjadi biaya
dengan porsi besar menyusut secara drastic.
Proses
manufacturing sudah dipandu dengan bantuan komputer yang terpadu. Lingkungan
industry maju seperti inilah yang mendorong lahirnya ilmu-ilmu baru seperti :
Activity-Based
Costing (ABC)
Kelemahan-kelemahan
sistem tradisional dalam menghadapi perubahan lingkungan menyebabkan para
pemikir mulai mencari system alternative. Kaplan bersama rekan sejawatnya
Cooper dari Harvard Business School merancang suatu sistem alokasi biaya yang
selanjutnya berkembang menjadi satu cabang disiplin akuntansi biaya yang
dikenal dengan sistem ABC.
Perbedaan
mendasar pertama dari sistem ABC dan sistem tradisional adalah pada asumsi yang
digunakannya.
Sistem tradisional mengasumsikan bahwa “produk dan segala yang berhubungan
dengan produk
menimbulkan biaya”, sementara sistem ABC berasumsi bahwa “aktivitas
menimbulkan
biaya”. Sistem ABC memperoleh kekuatan dari bagaimana cara output ABC digunakan
untuk mengelola biaya.Berangkat dari asumsi yang berbeda ini membawa perbedaan
pada cara
pengelompokkan biaya produksi, pengalokasiannya, perhitungan dan informasi yang
dihasilkan.
Sebagian besar para ahli berpendapat bahwa sistem baru ini dapat menghasilkan
informasi
manajemen yang lebih akurat dibanding dengan sistem lama. Keunggulan sistem
ABC akan lebih
nyata apabila sistem ABC ini diterapkan pada kondisi yang khusus
(conventional
wisdom) antara lain :
a.
Dimana
perusahaan telah menerapkan otomatisasi sedemikian rupa sehingga biaya tenaga langsung
sangat kecil sekali proporsinya dalam biaya produksi (5%-10%).
b.
Dimana
perusahaan mempunyai biaya overhead yang sangat besar.
c.
Dimana
produk yang dihasilkan sudah sangat bervariasi dan proses produksinya sangat kompleks.
d.
Telah
menggunakan teknologi komputer yang maju.
Sistem ABC tetap
dapat diterapkan di dalam perusahaan dengan kondisi berbeda dengan
kondisi khusus,
tetapi hasil yang diperoleh mungkin tidak optimal. Keberhasilan ABC termasuk
mengendalikan
biaya dengan mendorong pekerja memanipulasi proses dan membujuk
pelanggan untuk
membeli output perusahaan yang dihasilkan untuk menutupi cost-nya.
Contoh
pengenalan sistem activity based costing (ABC) di perusahaan India,
dimana
membawa
perubahan besar dan menyebabkan tambahan manfaat dalam area-area yang berbeda
seperti fokus
pada pelanggan yang profitabel, perubahan dalam strategi penetapan harga
produk,
eliminasi kegiatan yang berlebihan di seluruh rantai nilai, serta keputusan
bauran
produk dan outsourcing.
Hal ini mengarah pada fokus strategik.
Activity-Based
Management (ABM)
ABM mempunyai
dua dimensi atau perspektif yaitu dimensi biaya (cost dimension) dan
dimensi proses (process
dimension). Dimensi biaya menyediakan informasi biaya tentang
sumber,
aktivitas, produk dan pelanggan serta objek-objek biaya lainnya. Dimensi proses
menekankan pada
perlunya analisis terhadap aktivitas, mengapa dan seberapa besar aktivitas itu
dilakukan (process
value analysis). Tujuannya adalah untuk mengetahui cara bagaimana suatu
aktivitas
dilakukan secara efisien dan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak dapat
menciptakan
nilai bagi pelanggan (customer value). Dengan sistem ABM ini manajemen
benarbenar harus memfokuskan perhatiannya pada aktivitas yang bernilai tambah (value
added
activities), sementara
aktivitas yang tidak menghasilkan nilai tambahan (non velue added
activities) harus
dihilangkan. Perubahan yang dituntut oleh ABC dan ABM ini relatif mudah
untuk diucapkan,
tetapi sering terlalu sulit untuk dilaksanakan. Perubahan sistem saja tidak
begitu
menimbulkan masalah, tetapi perubahan yang mencakup aspek budaya dan etos kerja
(cultural
aspects) inilah yang sulit dilaksanakan. Hanya adanya komitmen dari seluruh
organisasi sejak
top sampai lower level management-lah yang akan menompang
suksesnya
penerapan
ABC/ABM ini.
Balance
ScoreCards (BSC)
Balanced
ScoreCard pertama
kali diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David Norton pada
tahun 1992-an
sebagai alat ukur kinerja manajemen. Sementara alat ukur kinerja tradisional
mengukur kinerja
manajemen hanya menggunakan perspektif keuangan, BSC ini mengukur
kinerja
perusahaan melalui pendekatan keuangan (financial perspective),
perspektif pelanggan
(customer
perspective), perspektif bisnis intern (internal business perspective) dan
perspektif
pembelajaran dan
pertumbuhan (learning and growth perspective). Dalam operasionalnya BSC
ini
menterjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam tujuan dan ukuran yang dirangkaikan
secara terpadu ke dalam empat perspektif tadi. Dalam perjalanan sejarahnya, BSC
yang semula dimaksudkan hanya sebagai alat ukur kinerja (performance
measurement) ternyata telah bergeser dan akhirnya menjadi suatu sistem
manajemen kontemporer. Sistem manajemen tidaklah muncul secara instan, tetapi
merupakan proses bertahap tahun demi tahun. Dengan BSC maka perusahaan dapat
mengukur strategi secara nyata menentukan strategi sasaran, menyelaraskan
program dan investasi dan membentuk sistem umpan balik.
Yang
mempengaruhi perubahan akuntansi manajemen pada masa kini diantaranya adalah :
a.
Kemajuan
teknologi informasi.
b.
Implementasi
just-in time (JIT) manufacturing.
c.
Meningkatnya
tuntutan mutu.
d.
Meningkatnya
diversifikasi dan kompleksitas produk, serta semakin pendeknya daur hidup produk.
e.
Diperkenalkannya
computer-integrated manufacturing.
Gagasan
Manajemen Aktivitas:
a.
Mengidentifikasi
aktivitas yang diperlukan untuk memuaskan keinginan para pelanggan.
b.
Membandingkan
antara aliran aktivitas yang terbaik dengan aktivitas yang sesungguhnya dilaksanakan
dalam suatu organisasi.
Tujuan Manajemen
Aktivitas:
a.
Mengetahui
dan mengeliminasi aktivitas yang tidak perlu (tidak bernilai tambah) yang dilaksanakan
pada saat ini.
b.
Mengerjakan
lebih banyak aktivitas yang menambah nilai.
Akuntansi
manajemen yang cocok untuk persaingan global adalah akuntansi aktivitas.
Akuntansi
aktivitas adalah akuntansi manajemen yang dirancang secara khusus untuk
manajemen
aktivitas dalam rangka menghadapi perubahan perubahan teknologi dan persaingan
global.
C. Tema Baru
Akuntansi Manajemen
Lingkungan
ekonomi telah mensyaratkan perkembangan praktik-praktik akuntansi manajemen
yang inovatif
dan relevan. Beberapa tema baru dalam Akuntansi Manajemen adalah :
1. Manajemen
berdasarkan aktivitas (Activity Based Management)
Manajemen
berbasis aktivitas adalah pendekatan pengelolaan terpadu dan bersistem terhadap
aktivitas dengan
tujuan untuk meningkatkan customer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value
tersebut. Dari definisi ini, terdapat dua frase penting, yaitu :
1.
Berfokus ke pengelolaan secara terpadu dan bersistem
terhadap aktivitas.
Yaitu
serangkaian kegiatan yang membentuk suatu proses untuk pembuatan produk dan
penyerahan jasa. Di dalam manajemen tradisional, proses pembuatan produk dan
penyerahan jasa dipecah ke dalam bagianbagian yang lebih kecil, karena diyakini
jika pengerjaan bagian-bagian yang lebih kecil dilaksanakan secara berkualitas
dan efisien, proses pembuatan produk dan penyerahan jasa secara keseluruhan akan
berkualitas dan efisien. Oleh karena itu, manajemen berbasis aktivitas berusaha
memadukan kembali proses pembuatan produk dan penyerahan jasa yang telah
difragmentasi dalam manajemen tradisional tersebut, dengan memfokuskan ke
pengelolaan secara terpadu dan berbasis sistem terhadap aktivitas pembuatan
produk dan penyerahan jasa.
2.
Bertujuan untuk meningkatkan customer value (nilai
pelanggan dan laba.
Tujuan
manajemen berbasis aktivitas adalah untuk improvement secara berkelanjutan
terhadap customer value dan penghilangan pemborosan. Dengan hilangnya
pemborosan tersebut, biaya dapat berkurang dan sebagai akibatnya laba akan
meningkat. Pengurangan biaya merupakan akibat dari dihilangkannya pemborosan.
Pemborosan diakibatkan oleh adanya aktivitas-bukan-penambah nilai
(non-valueadded activity) dan aktivitas penambah nilai (value-added activity)
yang tidak dilaksanakan secara efisien. Dengan demikian fokus manajemen
berbasis aktivitas adalah penyebab terjadinya biaya itu sendiri.
Manajemen
berbasis aktivitas mencakup analisis nilai proses (process value analysis) dan
penentuan biaya
proses. Analisis nilai proses adalah evaluasi terhadap nilai yang dapat
dihasilkan oleh suatu proses. Suatu proses terdiri dari serangkaian aktivitas
untuk menghasilkan nilai bagi customer. Rangkaian aktivitas untuk menghasilkan
nilai bagi customer dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
aktivitas-penambah nilai dan aktivitas-bukan-penambah nilai. Penentuan biaya proses
adalah perhitungan nilai sumber daya yang dikorbankan untuk menjalankan suatu
proses penciptaan nilai bagi customer. Dengan demikian manajemen aktivitas
memiliki dua dimensi, yaitu : analisis terhdap nilai yang dihasilkan oleh
proses (process value analysis) dan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan
nilai tersebut (activity-based costing).
2. Orientasi
pada pelanggan
Manajemen
berdasarkan aktivitas memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan
dengan mengelola
aktivitas. Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena perusahaan dapat
menciptakan
keunggulan kompetitif dengan menciptakan nilai pelanggan yang lebih baik dengan
biaya yang sama
atau lebih rendah dari pesaing atau menciptakan nilai yang sama dengan biaya
lebih rendah
dari pesaing. Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara apa yang pelanggan
terima
(produk total)
dengan apa yang pelanggan serahkan (pengorbanan pelanggan).
3. Manajemen
Kualitas Total (Total Quality Management)
Perbaikan
berkelanjutan adalah hal yang mendasar sifatnya bagi pengembangan proses
manufaktur yang sempurna. Kesempurnaan manufaktur adalah kunci utama bertahan
hidup dalam lingkungan persaingan global. Filosofi dari manajemen kualitas
total, dimana perusahaan berusaha menciptakan suatu lingkungan yang
memungkinkan pekerjanya menghasilkan produk yang sempurna (zero defect),
sedang menggantikan sikap “kualitas yang dapat diterima” dimasa lalu.
4. Waktu sebagai
unsur kompetitif
Perusahaan kelas
dunia mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pasar dengan cara
memperpendek
siklus desain, implementasi, dan produksi. Perusahaan mengirim produk dengan
cepat melalui
penghapusan waktu yang tidak bernilai tambah. Pengurangan waktu yang tidak
bernilai tambah
semakin besar seiring dengan meningkatnya kualitas. Tujuan keseluruhannya
adalah
meningkatkan daya tanggap terhadap pelanggan.
5. Efisiensi
Kualitas dan
waktu merupakan hal yang penting, namun peningkatkan dimensi tersebut tanpa
peningkatan laba
akan membuat kinerja menjadi sia-sia. Meningkatkan efisiensi adalah juga hal
vital. Biaya
adalah ukuran kritikal untuk efisiensi. Agar pengukuran efisiensi menjadi
bernilai,
biaya harus
ditetapkan, diukur, dan dialokasikan dengan tepat; lebih jauh lagi, produksi
keluaran
harus
berhubungan dengan masukan yang dibutuhkan, dan keseluruhan efek finansial
perubahan
produktivitas
harus dikalkulasi.
6. Bisnis secara
elektronik (E-business)
E-business adalah semua
transaksi bisnis dan pertukaran informasi yang dijalankan dengan
menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi. Perdagangan secara elektronik (Ecommerce)
adalah jual beli
produk dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Bisnis dengan
cara ini menyediakan kesempatan bagi sebuah perusahaan untuk memperluas penjualannya
di seluruh dunia dan dapat menurunkan biaya secara siggnifikan jika
dibandingkan dengan transaksi dengan menggunakan kertas.
Empat tema baru
akuntansi manajemen lainnya yang harus diperhatikan, yaitu :
a.
Memusatkan
pada pengaruh perilaku (Mengaitkan strategi organisasi pada tindakan).
Akuntansi manajemen inovatif berguna untuk mendorong para karyawan agar
berperilaku sesuai dengan strategi organisasi sehingga termotivasi untuk
berpikir dan bertindak secara strategic dan mengimplementasikan suatu strategi pilihan.
b.
Manajemen
berdrive pasar (Market-driven). Manajemen pemicu pasar mengharuskan
manajemen berpikir untuk memberikan prioritas pada kebutuhan pasar atau para
karyawan di atas keterbatasan-keterbatasan teknologi. Di atas semua itu,
manajemen harus memperhatikan trend pasar dan apa yang diinginkan dan
diperlukan oleh pelanggan.
c.
Pendekatan
dinamik. Pendekatan dinamis memandang bahwa kinerja harus didasarkan pada
jangka waktu panjang dan tidak hanya menekankan pada jangka waktu pendek secara
individual.
d.
Pendekatan
berorientasi tim. Pendekatan berorientasi tim mensyaratkan para akuntan
manajemen harus memudahkan penggunaan secara bersama-sama pengetahuan dan
pengalaman dalam organisasi agar dapat melakukan pengukuran kinerja keunangan
maupun non keuangan.
D. Akuntansi
Manajemen Resiko Keuangan
Tujuan Utama
manajemen risiko keuangan adalah untuk meminimalkan potensi kerugian yang
timbul dari
perubahan tak terduga dalam harga mata uang, kredit, komoditas, dan ekuitas.
Risiko
volatilitas
harga yang dihadapi ini dikenal sebagai risiko pasar. Para pelaku pasar
cenderung tidak berani mengambil risiko. Perantara jasa keuangan dan pencipta
pasar memberikan respon dengan menciptakan produk keuangan yang memungkinkan
seorang pelaku pasar untuk mengalihkan risiko perubahan harga tak terduga
kepada orang lain-pihak lawan. Pertumbuhan jasa manajemen risiko yang cepat
menunjukkan bahwa manajemen dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan
mengendalikan risiko keuangan. Jika nilai perusahaan menyamai nilai kini arus
kas masa depannya, manajemen potensi risiko yang aktif dapat dibenarkan dengan
beberapa alasan yaitu :
1.
Pertama,
manajemen eksposur membantu dalam menstabilkan ekspektasi arus kas perusahaan Aliran
arus kas yang lebih stabil dapat meminimalkan kejutan laba sehingga
meningkatkan nilai kini ekspektasi arus kas. Manajemen eksposur yang aktif
memungkinkan perusahaan untuk berkonsentrasi pada risiko bisnisnya yang utama.
2.
Kedua
para pemberi pinjaman, karyawan dan pelanggan juga memperoleh manfaat dari
manajemen eksposur. Akhirnya karena kerugian yang ditimbulkan oleh risiko harga
dan suku bunga tertentu dialihkan kepada pelanggan dalam bentuk harga yang
lebih tinggi, manajemen eksposur membatasi risiko yang dihadapi oleh konsumen.
Akuntan manajemen membantu dalam mengidentifikasikan eksposur pasar,
mengkuantifikasi keseimbangan yang terkait dengan strategi respons risiko
alternatif, mengukur potensi yang dihadapi perusahaan terhadap risiko tertentu,
mencatat produk lindung nilai tertentu dan mengevaluasi efektivitas program
lindung nilai :
A. Identifikasi
Risiko Pasar
Kerangka dasar
yang bermanfaat untuk mengidentifikasikan berbagai jenis risiko market yang
berpotensi dapat
disebut sebagai pemetaan risiko. Kerangka ini diawali dengan pengamatan atas
hubungan
berbagai risiko pasar terhadap pemicu nilai suatu perusahaan dan pesaingnya.
Dan
biasanya disebut
sebagai kubus pemetaan risiko. Istilah pemicu nilai mengacu pada kondisi
keuangan dan
pos-pos kinerja operasi keuangan utama yang mempengaruhi nilai suatu
perusahaan.
Risiko pasar mencakup risiko kurs valuta asing dan suku bunga, serta risiko
harga
komoditas dan
ekuitas.
B.
Mengkuantifikasi Penyeimbangan
Peran lain yang
dimainkan oleh para akuntan dalam proses manajemen risiko meliputi proses
kuantifikasi
penyeimbangan yang berkaitan dengan alternatif strategi respons risiko. Akuntan
harus mengukur
manfaat dari lindung dinilai dan dibandingkan dengan biaya plus biaya
kesempatan berupa
keuntungan yang hilang dan berasal dari spekulasi pergerakan pasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar